Bicara tentang Pulau Tidung Indonesia sepertinya kurang lengkap
jika tidak membahas mengenai icon pulau tidung yaitu Jembatan Cinta Pulau Tidung.
Namun sebelum itu, alangkah baiknya kita mengenal dan mengetahui sejarah dari pulau
tidung. Pulau Tidung merupakan salah satu Wisata Pulau Seribu Indonesia yang
menyimpan banyak cerita apalagi sejarah pada masa penjajahan.
Sejarah Pulau Tidung
Konon, saat masa penjajahan Belanda berlangsung, pulau
tidung merupakan salah satu tempat pengasingan bagi siapa saja yang membangkang
kepada pemerintahan kolonial. Salah satu tokoh yang diasingkan pada saat itu
adalah Muhammad Kaca. Muhammad Kaca lahir pada tahun 1817, dia berasal dari
daerah Malinau, Kalimantan Timur. Nama aslinya adalah Muhammad Sapu. “Muhammad
Kaca adalah nama samarannya saat diasingkan ke pulau Tidung oleh kolonial
Belanda,” kata Edy Rukhiyat yang merupakan generasi ke empat dari Muhammad
Kaca.
Nama Tidung sebenarnya berasal dari nama suku di Kalimantan
Timur, yaitu suku Tidung. Yang sebelumnya bernama Pulau Air Besar. Muhammad
Kaca adalah tokoh penentang imprialisme Belanda pada masa itu, hingga akhirnya
kemudian diasingkan pada tahun 1892 di pulau Tidung dan wafat pada tahun 1898.
Ia pun dimakamnya di sebelah barat pulau Tidung.
Kemudian, suku Tidung yang berada di Malinau, Kalimantan
Timur mengetahui kalau di Kepulauan Seribu ada sebuah pulau yang dinamai Pulau
Tidung. Kemudian, beberapa orang dari suku Tidung mendatangi dan mencari
asal-usul alasan pulau tersebut diberi nama Pulau Tidung. Dengan harapan
menemukan keterkaitan dengan sukunya, serta mencari makam Raja Tidung, yaitu
Raja Pandita, yang tidak diketahui
keberadaan makamnya.
Baca juga : Harga Paket Wisata Pulau Tidung
Pada bulan Februari 2011, ditemukan makam yang diyakini
lokasi Raja Pandita dikebumikan, yang tak lain Muhammad Kaca. Ternyata,
Muhammad Kaca adalah Raja Pandita, seorang raja dari kerajaan Tidung yang
berada di Malinau, Kalimantan Timur yang pernah diasingkan. Pemindahan makam
dimulai dengan menggali makam Raja Pandita beserta makam istrinya, Thea dan
anaknya Hamidun. Prosesi pemindahan makam menggunakan adat dan tradisi suku
Tidung, kerangka ketiganya dipindahkan ke lahan pemakaman baru yang berbentuk
bangunan seluas 9×25 meter persegi di lahan TPU Pulau Tidung.
Informasi Travel Pulau Seribu Sakura Travel
Informasi Travel Pulau Seribu Sakura Travel
Pada tanggal 3 Juli 2011, Bupati Kepulauan Seribu, Achmad
Ludfi dan Bupati Malinau, Yansen TP meresmikan komplek pemakaman Raja Pandita,
Muhammad Kaca sebagai cagar budaya, sebuah bukti sejarah yang harus dijaga.
Begitulah kurang lebih sejarah Pulau Tidung yang kini menjadi tempat wisata
yang sering dikunjungi untuk berlibur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar