28 Juli 2017

Jembatan Cinta Dan Sejarah Pulau Tidung

Bicara tentang Pulau Tidung Indonesia sepertinya kurang lengkap jika tidak membahas mengenai icon pulau tidung yaitu Jembatan Cinta Pulau Tidung. Namun sebelum itu, alangkah baiknya kita mengenal dan mengetahui sejarah dari pulau tidung. Pulau Tidung merupakan salah satu Wisata Pulau Seribu Indonesia yang menyimpan banyak cerita apalagi sejarah pada masa penjajahan.

Sejarah Pulau Tidung

Konon, saat masa penjajahan Belanda berlangsung, pulau tidung merupakan salah satu tempat pengasingan bagi siapa saja yang membangkang kepada pemerintahan kolonial. Salah satu tokoh yang diasingkan pada saat itu adalah Muhammad Kaca. Muhammad Kaca lahir pada tahun 1817, dia berasal dari daerah Malinau, Kalimantan Timur. Nama aslinya adalah Muhammad Sapu. “Muhammad Kaca adalah nama samarannya saat diasingkan ke pulau Tidung oleh kolonial Belanda,” kata Edy Rukhiyat yang merupakan generasi ke empat dari Muhammad Kaca.

Nama Tidung sebenarnya berasal dari nama suku di Kalimantan Timur, yaitu suku Tidung. Yang sebelumnya bernama Pulau Air Besar. Muhammad Kaca adalah tokoh penentang imprialisme Belanda pada masa itu, hingga akhirnya kemudian diasingkan pada tahun 1892 di pulau Tidung dan wafat pada tahun 1898. Ia pun dimakamnya di sebelah barat pulau Tidung.
Kemudian, suku Tidung yang berada di Malinau, Kalimantan Timur mengetahui kalau di Kepulauan Seribu ada sebuah pulau yang dinamai Pulau Tidung. Kemudian, beberapa orang dari suku Tidung mendatangi dan mencari asal-usul alasan pulau tersebut diberi nama Pulau Tidung. Dengan harapan menemukan keterkaitan dengan sukunya, serta mencari makam Raja Tidung, yaitu Raja Pandita,  yang tidak diketahui keberadaan makamnya.


Pada bulan Februari 2011, ditemukan makam yang diyakini lokasi Raja Pandita dikebumikan, yang tak lain Muhammad Kaca. Ternyata, Muhammad Kaca adalah Raja Pandita, seorang raja dari kerajaan Tidung yang berada di Malinau, Kalimantan Timur yang pernah diasingkan. Pemindahan makam dimulai dengan menggali makam Raja Pandita beserta makam istrinya, Thea dan anaknya Hamidun. Prosesi pemindahan makam menggunakan adat dan tradisi suku Tidung, kerangka ketiganya dipindahkan ke lahan pemakaman baru yang berbentuk bangunan seluas 9×25 meter persegi di lahan TPU Pulau Tidung.

Informasi Travel Pulau Seribu Sakura Travel

Pada tanggal 3 Juli 2011, Bupati Kepulauan Seribu, Achmad Ludfi dan Bupati Malinau, Yansen TP meresmikan komplek pemakaman Raja Pandita, Muhammad Kaca sebagai cagar budaya, sebuah bukti sejarah yang harus dijaga. Begitulah kurang lebih sejarah Pulau Tidung yang kini menjadi tempat wisata yang sering dikunjungi untuk berlibur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar